Kendati lahir dan besar di Amerika Serikat, tak lantas membuat remaja berdarah Agam ini melupakan nilai-nilai tanah asal. Sosok perempuan cantik ini berjibaku membumikan nilai-nilai Minangkabau dan menegakkan syiar Islam di Negeri Paman Sam. Seperti apa kisahnya?
Laporan AMC, Depitriadi – Padang
Alya Sarah Lawindo (22) demikian nama remaja kelahiran Amerika Serikat berdarah Minangkabau ini. Ia buah hati pasangan perantau asal Sumatera Barat, Muhammad Afdal dari Nagari Tigo Balai, Matur, Kabupaten Agam dan Nani dari Nagari Jaho, X Koto, Tanah Datar.
Dilansir dari Voice Of Amerika (VOA) Indonesia, Rabu (25/1/2023), Alya begitu sapaannya tinggal dan menetap di Virginia of Washington DC, Amerika Serikat. Di Negeri Paman Sam ini, Alya menjadi guru mengaji dan aktif mengenalkan budaya Minang. Aktivitas ini ia lakoni sejak remaja.
Seperti namanya, kedua orang tuanya berharap Alya tumbuh menjadi sosok yang gigih mengagungkan nilai-nilai keluhuran kampung halaman. Bersama kedua orang tuanya, Alya mendirikan sebuah komunitas bernama “Rumah Gadang USA” di Amerika Serikat.
Sang ayah menilai, budaya sendiri memang harus diajarkan kepada putra putrinya agar tak lupa dengan jati diri. Sejak berusia 6 tahun, Alya diberikan pemahaman ihwal nilai-nilai keislaman dan adat-istiadat Minangkabau dari kedua orang tuanya.
“Itu saya ajarkan semenjak 6 tahun. Ini kalau kami tidak mengajarkan, kita akan kehilangan generasi, mereka kenalnya budaya Amerika saja,” terang sang ayah.
Perempuan berparah cantik ini diketahui rutin mengajarkan anak-anak untuk mengaji. Aktivitas mengaji ini dilakukannya secara virtual. Alya mengaku senang dapat melihat anak kecil belajar mengaji.
“Rasanya senang melihat anak-anak kecil belajar mengaji,” sebut Alya.
Alya mengaku, mengajar mengaji terinspirasi dari sosok sang ibu. Semasa kecil, Alya sering melihat sang ibunda saat mengajar mengaji di suatu lembaga pendidikan agama. Selain mengajarkan baca Alquran, Alya juga dikenal sebagai gadis yang aktif melestarikan budaya Minangkabau.
“Bila dekat, saling berkunjung. Bila jauh, saling berkabar. Tanda cinta pada ranah Minang, jangan lupakan adat budaya,” demikian ia berpesan kepada generasi muda.
Berkat perhatiannya terhadap adat-istiadat dan agama Islam, Alya diganjar penghargaan. Pada 2019, Alya diberi penghargaan sebagai relawan muda dari Indonesian Muslim Association in America (Imaam) Center, organisasi yang mengelola madrasah di Amerika.
Digandeng UM Sumbar, Alya Emban Misi Minang in America
Kiprah Alya di Amerika akhirnya sampai juga ke tanah air. Keteguhannya pada keyakinan serta budaya milik nenek moyang membuat Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar) menggandeng remaja ini agar mantap membumikan Minangkabau dan syiar Islam di Amerika.
Hal ini diungkapkan Humas UM Sumbar, Isral Naska pada Selasa (25/1). Dikatakan, belangkangan pihaknya kerap berkegiatan dengan Alya. Kerjasama ini sudah dirintis sejak 2021.
“Awalnya pada 2021 akhir, UM Sumbar bekerjasama dengan organisasi Alya yakni Minang in America, sebuah organisasi anak Minang di Amerika,” sebut Isral.
Spesifik kerjasama ini lanjutnya, adalah pengembangan budaya Minangkabau. Kerjasama ini diberi tajuk FR2ISEP. Kegiatan ini bertujuan memperdalam pengetahuan anak muda Minang yang lahir dan tumbuh di luar negeri demikian juga sebaliknya.
“Kerjasama ini juga melibatkan anak muda Minang di Sidney. Kegiatan ini berlangsung pada Agustus hingga September 2022, melibatkan 8 mahasiswa keturunan Minang di Amerika, 8 mahasiswa di Sidney dan 16 mahasiswa UM Sumbar,” ungkapnya.
Melalui program ini lanjutnya, setidaknya ada empat tema yang diusung yakni pendidikan, kepemudaan, keislaman dan kebudayaan. Awalnya Alya bertindak sebagai peserta, panitia kemudian menjadi narasumber yang dilakukan secara online.
Kekinian, UM Sumbar dan Alya juga sudah mengembangkan kerjasama dalam skema offline. Januari ini, Alya diundang menghadiri seminar di Kampus UM Sumbar, melakukan podcast di kampus Bukittinggi dan touring ke sejumlah daerah di Sumbar.
“Ke depan kami mengusahakan bagaimana anak keturunan Minang yang ada di Amerika dan Sidney dapat pula ke Sumatera Barat,” turut Isral.
Wakil Rektor III UM Sumbar, Mochammad Abdi menambahkan, kehadiran Alya juga diharapkan dapat menunjang visit beautiful west sumatera 2023. Alya diajak melihat langsung adat dan potensi wisata di Minangkabau.
“Harapannya agar Alya makin mendalami dan kagum dengan budaya sendiri. Jadi kami mengajak ke Tanah Datar, Padang Panjang, Bukittinggi dan terakhir ke kampung halaman sang ayah di Matur, Agam,” katanya.
Diapresiasi Bupati Agam
Aktivitas yang dilakoni Alya di Amerika Serikat tentunya mendatangkan decak kagum dan apresiasi dari banyak pihak. Salah satunya dari Bupati Agam, Dr H Andri Warman, MM. Bahkan di sela aktivitasnya, bupati meluangkan waktu menyambangi Alya di Bandara Internasional Minangkabau.
Pada pertemuan itu, Dr Andri Warman mengaku bangga kepada sosok Alya. Meski jauh dari Agam, Alya sangat gigih mensyiarkan agama dan adat istiadat. Menurutnya, semangat ini diharapkan juga muncul dari perantau Agam dimanapun berdomisili.
“Saya pribadi dan mewakili pemerintah daerah, saya bangga pada kegigihan Alya. Ini tentu tidak terlepas dari pengaruh kedua orang tua yang memang sangat cinta dengan Islam dan Minangkabau,” ungkap bupati.
Menurut bupati, apa yang dilakukan Alya di Amerika sama persis dengan apa yang menjadi program unggulannya di Kabupaten Agam. Pihaknya berharap, akan muncul Alya lainnya yang mana dapat memotivasi generasi muda untuk mendorong kemajuan pembangunan sektor keagamaan dan adat istiadat di Kabupaten Agam.
“Semoga Alya tetap istiqomah dan konsisten memperkenalkan budaya Minang di berbagai kegiatan dan pertemuan di Amerika. Semoga perjuangan Alya menjadi inspirasi bagi sosok-sosok anak muda Agam lainnya,” ucapnya. (*)