AMCNews.co.id — Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Agam mengelar seminar yang bertemakan “Edukasi Islam Cegak Prilaku LGBT”. Seminar tersebut diadakan dalam rangka memperingati hari Ibu ke-90 Tahun 2018.
Acara yang dilaksanakan di Aula Kantor Bupati Agam, Rabu (28/11), dengan mendatangkan satu orang narasumber yaitu dr. Fitria Heny untuk seminar LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender).
Hadir pada kesempatan itu, Bupati Agam yang diwakili Sekretaris Daerah Martias Wanto, Penasehat GOW Agam, Ny. Vita Indra Catri, Ketua GOW Agam, Ny. Candra Trinda Farhan dan Kabid Pemberdayaan Perempuan.
“Melalui seminar ini kita bisa memberikan pengetahuan dan edukasi tentang LGBT kepada masyarakat,” ujar Ketua GOW Agam,
Ia menjelaskan, menurut pandangan Islam, Lesbian Gey Biseksual dan Trangender (LGBT) merupakan suatu prilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, serta norma bangsa Indonesia. Sebab bertentangan dengan hakekat dan martabat terciptanya manusia.
“Maka melalui momen Hari Ibu, kita harapkan kaum ibu bisa menjaga diri, lingkungan dan masyarakat dari pengaruh penyakit LGBT,” ujarnya.
Ia menambahkan, selain seminar, pihaknya juga melakukan beberapa kegiatan bakti sosial dan perlombaan, seperti lomba nyanyi hari ibu, kegiatan anjangsana ke panti jompo dan ziarah ke makam pahlawan Siti Manggopoh pada hari puncak Hari Ibu.
Penasehat GOW Agam, Ny. Vita Indra Catri, menilai, peranan seorang Ibu sangat menentukan pola pergaulan anaknya sehari-hari.
“Untuk itu saya mengapresiasi kegiatan ini karena bertepatan di Hari Ibu. Semoga ibu-ibu GOW bisa memberikan edukasi kepada keluarga dan orang banyak terhadap penyakit LGBT,” harapnya.
Kegiatan itu juga disambut baik oleh Sekretaris Daerah Martias Wanto. ”
Saya mengapresiasi kepada GOW Agam yang bisa membaca cepat perkembangan isu negatif yang berkembang di negeri ini, salah satunya penyakit LGBT.
Fenomena LGBT yang terjadi sekarang ini lanjutnya, semakin ramai diperbincangkan dan di Indonesia khususnya beberapa daerah muncul desakan-desakan dari kalangan tertentu agar mengakui keberadaan mereka dan ini cukup berbahaya.
Menurut Sekda, LGBT bukan saja memperihatinkan namun fenomena ini dinilai cukup mengerikan karena saling berkaitan dan berdampak runtuhnya moral, iman dan generasi ke depan.
“Apalagi kita di Minangkabau, Adat Basandi Sara’, Sarak Basandi Kitabullah, tentu mengecam keras prilaku LGBT,” ujar Sekda. (AMC06)