AMCNews.co.id — Sebanyak 16 Bundo Kanduang dan Puti Bungsu perwakilan kecamatan memperagakan pakaian baju kuruang basiba, di hadapan para kader PKK se-Kabupaten Agam.
Kegiatan itu dilombakan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Agam yang dirangkai pada acara Jambore Kader PKK Berprestasi tingkat Kabupaten Agam tahun 2019, digelar selama 29 sampai 30 April, di Mifan Padangpanjang.
Tidak hanya kader PKK, Ketua dan Wakil Ketua TP-PKK Agam Ny. Vita Indra Catri-Ny. Candra Trinda Farhan Satria juga ikut menyaksikan langsung kebolehan dari putri-putri terbaik kecamatan tersebut.
Hadir juga pada kesempatan itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Agam, Erniwati, para camat beserta Ketua TP-PKK ecamatan se-Agam.
Dari pantauan AMCNews.co.id di lapangan, Kecamatan Tanjung Raya keluar sebagai juara pertama, diikuti oleh Kecamatan IV Koto sebagai juara 2. Kemudian, juara 3 diraih oleh Banuhampu, harapan 1 Lubuk Basung, harapan 2 Ampek Angkek dan harapan 3 Tilatang Kamang.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Agam, Erniwati, mengatakan baju kuruang basiba ciri khas pakaian wanita Minangkabau harus diperkenalkan dan dikembangkan di tengah-tengah masyarakat.
“Baru saja kita melihat keanggunan para bundo kanduang beserta puti bungsu dalam mengenakan baju kuruang basiba. Ini artinya, bahwa baju kuruang sebagai baju kebesaran orang Minangkabau sangat penting dilestarikan,” ujarnya.
Ia menilai, bahwa dewasa ini baju kuruang basiba nyaris dilupakan oleh para puti bungsu karena pengaruh dari perkembangan modrenisasi yang mendewasa, sehingga nilai-nilai budaya habis tergerus.
“Melalui lomba ini menjadi pemicu bagi kader PKK dalam memasyarakatkan kepada masyarakat untuk melestarikan kembali pakaian adat minang,” harapnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua PKK Kabupaten Agam, selaku Pembina Bundo Kanduang Agam, Ny. Vita Indra Catri. Ia berharap, lomba baju kuruang basiba ini menjadi pendorong kaum wanita untuk berpakaian selayaknya wanita Minangkabau dan mereka menjadi enggan untuk memakai pakaian ketat yang seharusnya bukan pakaiannya.
“Walaupun banyak ragam pakaian yang beredar tapi jangan sampai meninggalkan pakaian ciri khas budaya kita sendiri. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa berkelanjutan dari tahun ke tahun dan menjadi ikon di Kabupaten Agam”, harapnya. (AMC06)