Oleh : Efri Yoni Baikoeni, MA *
SMPN 1 Ampek Angkek menyambut kehadiran Bupati Agam, Dr H Andri Warman, MM dan rombongan di Tanjung Alam tanggal 5 Februari 2024 dalam rangka peletakan batu pertama pembangunan aula serbaguna sekolah yang dulunya dikenal dengan SMPN 3 Bukittinggi tersebut.
Didahului dengan Tari Pasambahan kemudian diikuti suguhan “siriah dalam carano” yang dibawakan oleh siswa-siswi SMPN 1 Ampek Angkek, Bupati Agam diarak menuju salah satu kelas tempat acara ramah tamah. Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain: Kadis Dikbud Isra Dt Bandaro, Tenaga Ahli Bupati Efri Yoni Baikoeni, Camat Ampek Angkek Ekko Espito, serta Adrius selaku Anggota DPRD Agam yang juga alumni Angkatan 1985. Sementara dari pihak sekolah tampak hadir Kepala Sekolah Fitra Anda Yani dan Ketua Komite M Fadhli beserta anggota Komite lainnya.

Sebelum melakukan peletakkan batu pertama, Bupati Agam menyampaikan sambutannya sambil bernostalgia mengenang masa zaman bersekolah. Andri Warman yang saat kecilnya dipanggil “Wem” adalah alumni SMPN 3 Bukittinggi angkatan 1977 yang berasal dari Surau Kamba, Nagari Ampang Gadang. Dia menuntut ilmu di sekolah ini setelah sebelumnya menamatkan SDN 1 Pasia tahun 1975.
Di sekolah yang dipimpin oleh Pak Zainuddin tersebut, Wem menempati Kelas IA. Pada saat itu, terdapat 4 kelas paralel yang berjumlah total 168 orang, terbagi pada Kelas 1A, 1B, 1C, dan 1D. Karena keterbatasan ruang, semua siswa kelas 1 belajar siang hari, sedangkan siswa kelas 2 dan kelas 3, belajar pagi hari. Seluruh siswa mengenakan dua model pakaian seragam. Baju seragam berwarna putih dan celana pendek warna biru dongker. Pada hari tertentu mereka mengenakan pakaian Pramuka. Setiap tahun pelajaran, siswa menerima rapor yang dibagikan tiga kali pada catur wulan (Cawu) 1, 2 dan 3. Diantara teman-temannya dalam kelas IA itu yang berasal dari Surau Kamba adalah Yuen Karnova (mantan Sekda Kota Bukittinggi). Salah satu peristiwa yang sangat dikenang adalah peristiwa erupsi Gunung Marapi, saat siswa-siswa sedang tekun mengikuti pelajaran. Mendengar letusan dahsyat, sontak saja siswa dan guru berhamburan keluar menyelamatkan diri.
Terkait dengan pembangunan aula serbaguna, Bupati Agam mengungkapkan rasa optimisnya terhadap partisipasi berbagai pihak dalam mewujudkan aula serbaguna. Menurutnya terdapat setidaknya empat sumber dana yang dapat dimanfaatkan yaitu: sumbangan alumni, Hibah Dana Pokir Anggota DPRD Agam, orang tua siswa dan Pemerintah Kabupaten Agam.

Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni Efri Yoni Baikoeni, dalam sambutannya mendiskripsikan sejarah perjalanan sekolah tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukannya terhadap arsip Perpustakaan Nasional di Jakarta. Dalam salah satu dokumen dinyatakan bahwa sekolah tersebut didirikan tanggal 24 Juni 1929 dengan nama Sekolah Sambungan atau “Schakelschool”. Pendiri sekolah ini bernama Djaar Toeankoe Datoeak Batoeah, yang menjabat sebagai Districtshoofd Tilatang IV Angkat (setingkat Camat) setelah mendapat restu dari Controleur Agam (setingkat Bupati). Lokasi sekolah tersebut ditempatkan di Tanjung Alam mengingat tempat tersebut cukup strategis dan mudah diakses bagi pelajar yang berasal dari berbagai kampung dalam District Tilatang IV Angkat.
Sebelum berdirinya “Schakelschool” di Tanjuang Alam, terdapat beberapa sekolah yang telah dibangun terlebih dahulu oleh pemerintah Belanda seperti di Batu Taba yaitu sekolah “Maisjes Vervolgschool”, sekolah khusus untuk perempuan. Di Sarik dan Tilatang juga berdiri sekolah yang cukup representatif. Di Koto Tuo (IV Koto) dibangun “Maisjes Vervolgschool”. Di Koto Gadang dibangun HIS, sedangkan di Kubang Putih (Banuhampu) dibangun “Vervolgschool”.
Setelah Jepang masuk ke Indonesia, Schakelschool berganti nama menjadi SSNI (Sekolah Sambungan Nippon Indonesia), tamatan SSNI melanjutkan ke sekolah Tjusakko. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia sekolah ini dirubah menjadi SMP Tanjuang Alam/SMP 3 Bukittinggi.
Meski secara administrasi lokasi sekolah berada di Kabupaten Agam, nama SMPN 3 Bukittinggi masih tetap dipertahankan sampai tahun 2001. Sesudah itu secara resmi nama SMPN 3 Bukittinggi berganti nama dengan SMPN1 IV Angkek Candung. Kemudian pada tahun 2006 administrasi Kecamatan IV Angkek Candung kemudian dipecah menjadi 2 yaitu Kecamatan IV Angkek dan Kecamatan Candung. Nama SMPN 1 Ampek Angkek Candung kemudian berubah menjadi SMPN 1 IV Angkek sebagaimana yang berlaku saat ini.
Diantara alumni yang pernah menimba ilmu di sekolah ini adalah Letjen (Purn) Ir. H. Azwar Anas (mantan Gubernur Sumatera Barat, 1977-1987) pada tahun 1946 ketika keluarganya pindah dari Kota Padang ke Bukittinggi. Pada saat itu Kota Padang diduduki tentara Sekutu dan NICA Belanda sehingga ibukota Sumatera Barat dipindahkan ke Bukittinggi. Pendidikan Azwar Anas yang sempat terputus dilanjutkan kembali di SMP Negeri 1 Bukittinggi, namun kemudian pindah ke SMP Negeri 3 di Tanjung Alam. Setelah tamat, Azwar Anas masuk ke SMA ABC Bukittinggi, satu-satunya SMA Negeri di Sumatera Tengah.
Beberapa tokoh nasional lainnya yang pernah menimba ilmu di sekolah ini adalah Prof Dr H Hasjim Djalal yang pernah menjabat Duta Besar di PBB, Kanada dan Jerman serta Duta Besar Masalah Hukum Laut, yang berasal dari Ampang Gadang. Ada lagi Mayjen Muchlis Ibrahim, mantan Gubernur Sumatera Barat, 1997-1999 (yang berasal dari Tanjung Medan; Brigjen (Purn) Maini Dahlan (Deputi IV Lemhanas) yang berasal dari Parit Putuih, Brigjen TNI Mazni Harun yang berasal dari Biaro; Vita Gamawan, isteri Mantan Menteri Dalam Negeri RI yang berasal dari Koto Merapak; Prof Dr Nursal Asbiran Dt Sati yang berasal dari Ampang Gadang; Prof Dr Fachri Bey, MM dan Brigjen TNI dr Agusni yang berasal dari Tanjuang Alam, Mansoer Thaib yang pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Agam dua periode, Drs H Amir Thaib mantan Sekda Sumatera Barat, dan lain-lain.

(*) Penulis adalah Tenaga Ahli Bupati Agam Bidang Pendidikan