Adnan Saidi: Figur Perekat Persahabatan Tiga Negara Serumpun

  • Bagikan

Oleh: Efri Yoni Baikoeni

Kabupaten Agam di Sumatera Barat kaya dengan panoramanya nan indah dan elok. Daerah ini memiliki danau, gunung, ngarai, laut dan pulau. Danau yang indah bernama Maninjau, di tepiannya ulama dan sastrawan besar Indonesia Buya HAMKA dilahirkan. Gunung-nya yang tinggi mencapai 2.891 meter bernama Marapi. Gunung paling aktif di Pulau Sumatera ini dipercayai sebagai tempat asal-usul nenek moyang orang Minangkabau.

Ngarai yang terjal berliku bernama Sianok dikenal pula sebagai “Grand Canyon” seperti di Amerika. Lautan luas terbentang menghadap Samudera Hindia membuat ombaknya besar dan bergulung-gulung. Tidak lupa, Agam memiliki dua pulau cantik dan molek bernama Pulau Tangah dan Pulau Ujuang.

Selain dikenal dengan keindahan panoramanya, Kabupaten dengan keluasan 2.232 km2 tersebut juga memiliki sejarah yang panjang.

Pada zaman Belanda, daerah ini dikenal dengan Afdeeling van Agam dengan ibukotanya Ford De Kock (Bukittinggi). Di sinilah berdiri benteng pertahanan Belanda untuk menaklukkan Perang Paderi yang meletus tahun 1833 hingga 1837 dibawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.

Sejak zaman dahulu, Kabupaten Agam telah banyak melahirkan tokoh -tokoh besar yang berkiprah di tingkat nasional bahkan internasional. Daerah ini memiliki kontribusi yang signifikan terhadap jumlah pahlawan nasional.

Dari 16 pahlawan nasional asal Sumatera Barat, setidaknya 9 orang berasal dari Agam yaitu Abdoel Moeis, Haji Agus Salim, Sutan Syahrir, Rasuna Said, Siti Rohana Kudus, AK Gani, Abdoel Halim, Buya HAMKA dan Mohammad Hatta.

Tidak hanya itu, tokoh dari daerah ini juga banyak berkiprah di dunia Internasional.

Diantaranya Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawy (1855-1916) yang pernah menjadi imam dan khatib di Masjidil Haram, Makkah. Zubir Said (1907-1987) seorang komponis lagu kebangsaan Singapura. Tan Sri Rais Yatim (kelahiran 1942) yang menjadi Ketua Parlemen Malaysia dan pernah menduduki 6 kali pos menteri dalam kabinet pemerintahan Malaysia.

Ada satu lagi tokoh besar yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional di Malaysia dan Singapura yang berasal dari Agam, bernama Letnan Adnan Saidi.

Atas jasanya yang luar biasa kepada Singapura, kisah perjuangan hidupnya didokumentasikan secara rapi dalam sebuah museum yang berlokasi dekat medan tempur dimana tokoh ini gugur sebagai wira. Namanya diukir dengan tinta emas dalam buku pelajaran anak-anak sekolah di Negara Kota tersebut.

Tidak hanya itu, pada tahun 2019 Pemerintah Singapura mengeluarkan uang kertas pecahan S$20 yang mengabadikan potret diri Adnan Saidi bersama tujuh tokoh lainnya. Pemerintah Malaysia juga mengabadikan nama Adnan Saidi pada sebuah kendaraan infanteri dan sekolah kebangsaan di Selangor.

Adnan Saidi gugur melawan pendudukan Jepang tahun 1942 ketika mempertahankan Bukit Chandu, sebuah kawasan strategis di Pasir Panjang yang dulunya bahagian dari Malaya.

Kini wilayah itu termasuk dalam Singapura. Karena itu, Adnan Saidi menjadi lambang keberanian Tentara Melayu di Singapura dan Malaysia.

Adnan Saidi dilahirkan tahun 1915 di Kajang dan berasal dari sebuah keluarga yang bermigrasi ke Selangor dari Agam. Ayahnya bernama Buyung Saidi Sutan, sedangkan ibunya bernama Raibah binti Rajo Nan Kayo. Setelah keduanya menikah di Biaro Gadang tahun 1913, pasangan itu merantau ke Malaysia. Setahun kemudian lahirlah anak sulung mereka, Adnan Saidi.

Perlawanan Adnan Saidi kepada Jepang membuat orang tuanya sangat khawatir kalau-kalau Kempetai Jepang yang dikenal bengis dan ganas itu akan menangkap mereka.

Timbullah pikiran mereka melakukan evakuasi ke kampung halaman. Pada akhir Maret 1942, keluarga Buyung Saidi Sutan beserta isteri, anak dan cucu sampai di Biaro Gadang. Disinilah anggota keluarga yang masih tersisa itu menetap. Ayah Adnan Saidi meninggal tahun 1954, sedangkan ibunya tahun 1962.

Keduanya dimakamkan di tempat pemakaman keluarga di Tanjung Alam, Nagari Biaro Gadang.

Kini, setelah 82 tahun berlalu, tidak banyak lagi yang mengenal keluarga Adnan Saidi di Kabupaten Agam tersebut, padahal ini merupakan asset luar biasa bagi Kabupaten Agam untuk menarik wisatawan dari negeri jiran karena Adnan Saidi adalah sosok yang merekatkan persahabatan lintas tiga negara serumpun Malaysia, Singapura dan Indonesia.

Beberapa peninggalan sejarah dari keluarga Adnan Saidi yang masih tersisa di Nagari Biaro Gadang, diantaranya kuburan ayah dan ibu serta rumah keluarga Adnan Saidi yang terbuat dari kayu.

Melalui inisiatif dari Pemerintah Daerah Agam, situs bersejarah ini dapat dikembangkan pula sebagai destinasi wisata dengan menambahkan bangunan rumah budaya tiga negara sebagai simbol persahabatan tiga negara serumpun. Semoga. -(*)


Penulis adalah Tenaga Ahli Bupati Agam dan Dosen UM Sumatera Barat, tinggal di Bukittinggi.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *