Padang Lansano, AMC – Kaum perempuan di Padang Lansano, Nagari Manggopoh, Kabupaten Agam menunjang ekonomi keluarga dengan menjadi pembuat atap rumbio.
Hampir setiap perempuan di daerah tersebut melakoni aktivitas menjahit atap rumbio. Seperti yang dilakukan Gusmadewati (24). Dirinya mengaku telah menjahit atap rumbio sejak masih berada di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Sudah cukup lama, dari SD, sekarang anak saya yang paling besar juga sudah masuk SD,” ujarnya saat dijumpai AMC, Sabtu (30/8).
Dikatakan, dirinya menerima upah Rp 200 dari menjahit satu helai atap rumbio. Biasanya dalam sehari dia bisa menjahit 100-150 helai atap rumbio.
“Biasanya bisa sampai 100 helai, kalau mulai cepat bisa 150 helai, dapat upah Rp30.000,” tuturnya.
Sementara itu Desi Marni (41) juga mengaku sudah puluhan tahun menjahit atap rumbio. Dirinya juga menerima upah lantaran memiliki keterbatas modal dan tenaga.
“Modal tidak ada, mencari daun ini juga susah, belum lagi mencari pelepah sawit untuk tangkainya, itu pekerjaan laki-laki. Cukup menerima upah saja,” ulasnya.
Dikatakan Desi Marni, dirinya memproduksi dua jenis atap rumbio berdasarkan ketebalan atap. Atap yang lebih tipis hanya menggunakan sehelai daun, sementara yang tebal menggunakan dua helai daun.
“Kebanyakan bikin yang sehelai, tergantung pemesananan, kali ini yang mesan dari Payakumbuh untuk dijadikan atap kandang ayam,” katanya.
Untuk satu helai atap rumbio yang tipis dipatok harga Rp1000 per helai, yang tebal Rp.3000 per helai.
Baik Gusmadewati ataupun Desi Marni, menjadi penjahit atap rumbio merupakan salah satu cara menambah pemasukan ekonomi keluarga.
Meskipun pekerjaan tergantung bila ada pesanan, keduanya mengaku upah yang didapat dapat membantu keseharian keluarga.
“Lumayan, biasa bantu nambah-nambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, suami juga terbantu,” ujarnya. (Depit)