Bukittinggi, AMC – Bupati Agam, diwakili Sekretaris Daerah Kabupaten Agam membuka secara resmi pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitu Pasna) dan hitung cepat pasca bencana, di Hotel Royal Denai Bukittinggi, Senin (29/3).
Pembukaan pelatihan ini ditandai dengan pemasangan topi dan kokarde oleh Sekda Agam, Martis Wanto kepada 2 orang perwakilan peserta pelatihan.
Kabid RR BPBD Kabupaten Agam, Rinaldi, selaku penanggung jawab kegiatan mengatakan, kegiatan ini digelar selama 3 hari, mulai 29 Maret sampai 1 April 2021, diikuti sebanyak 52 orang peserta yang terdiri dari tim kerja Jitu Pasna dan Kelompok Siaga Bencana (KSB) se-Kabupaten Agam.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah, meningkatkan kapasitas personel khususnya tim teknis Jitu Pasna dan KSB. Memberikan pengetahuan bagaimana cara mengkaji kebutuhan, penyusunan reaksi rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana secara cepat, tepat, dan terpadu. Serta meningkatkan pengetahuan mengenai pengkajian kebutuhan Pasna, mampu menyusun dokumen rencana aksi rehabilitasi dan rekontruksi Pasna,” ujarnya.
Dikatakan, program rehabilitasi dan rekontruksi akibat dampak bencana, merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana.
“Sedangkan Jitu Pasna adalah, suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat bencana analisis dampak dan perkiraan kebutuhan yang akan menjadi dasar bagi penyusunan reaksi rehabilitasi dan rekontruksi,” jelasnya.
Sementata itu, Bupati Agam diwakili Sekda Agam, Martias Wanto mengatakan, Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten yang rawan bencana Alam.
“Bencana yang sering terjadi seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, kebakaran, tubo balerang di Danau Maninjau dan lain sebagainya,” ujarnya.
Menurutnya, penanganan pasca bencana rehabilitasi dan rekontruksi dari akibat bencana tersebut, belum tertangani dengan baik.
“Oleh sebab itu, ini perlu menjadi perhatian kita bersama, agar dapat meminimalisir kerugian dari bencana yang terjadi maupun yang akan terjadi,” jelasnya.
Dijelaskan, pelaksanaan penanggulangan bencana harus mempunyai strategi dalam rangka mempersingkat waktu tanggap darurat, khususnya pada masa krisis yang memiliki waktu relatif singkat, serta mengurangi dampak negatif akibat bencana yang timbul secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
Kepada peserta pelatihan, Martias Wanto berpesan agar dapat mengikuti pelatihan tersebut dengan seksama, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pengkajian kebutuhan pasca bencana, dan mampu menyusun dokumen rencana aksi rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana.
Dengan pelatihan ini, tambahnya, peserta dapat menciptakan konsep penyelenggaraan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana.
“Apa bila terjadi bencana, diharapkan secepatnya dilakukan kajian kerusakan, kerugian, yang menyangkut aspek pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lintas sektor lainnya,”jelasnya. (HR)