Sepenggal Cerita Dari Posko Penyintas Bencana Malampah di Salareh Aia

  • Bagikan

Warga Nagari Malampah, Kabupaten Pasaman harus mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Kampung mereka dilanda tanah longsor pasca gempa besar yang mengguncang Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, Jumat (25/02) lalu.

Peristiwa tanah longsor yang menimpa mereka siang itu, masih menyisakan trauma. Mereka takut, kalau-kalau gempa susulan kembali terjadi. Sebagian rumah mereka miring. Tidak sedikit pula yang hilang bersama longsor.

Kini mereka menempati posko pengungsian di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Jumlah mereka tidak sedikit, hampir ribuan. Mereka sudah tiga hari lamanya menempati posko itu.

Laporan AMC, Palembayan – Depitriadi

Senin (28/02) siang, cuaca terik sangat terasa di Posko Penampungan yang berada persis di tepi jalan lintas Simpang Gudang – Pasaman Barat. Posko itu merupakan tempat yang disediakan Pemerintah Kabupaten Agam bagi penyintas bencana asal Malampah.

Di posko itu tampak para relawan tengah mendistribusikan kebutuhan bagi para penyintas bencana. Barang yang didistribusikan itu diantaranya, mie instan, air mineral, sabun, sampo, susu, pampers dan lain sebagainya.

Di sisi kanan posko, tampak empat tenda barak berukuran besar. Di dalamnya ratusan warga Malampah sedang beristirahat. Ada yang saling bercerita. Ada yang tengah mengeloni anak. Ada pula yang tengah tertidur pulas.

Di halaman posko, beberapa orang tengah memilih pakaian yang sekira cocok baginya di antara tumpukan ratusan potong pakaian. Pakaian-pakaian itu berasal dari donatur yang memang diperuntukan bagi pengungsi. Meski model potongan jadul, pakaian-pakaian itu tampak masih layak dikenakan.

Sementara di sisi kanan posko Suardi dan beberapa orang kerabat tampak mendatangi di dapur umum. Saat itu memang sudah waktunya makan siang.

Suardi merupakan salah satu warga Malampah yang memutuskan mengamankan diri ke Posko yang ada di Nagari Salareh Aia. Suardi mengaku ia dan 79 kerabatnya sudah tiga hari berada di posko penampungan itu.

“Kami berkeluarga kurang lebih ada 80 orang, di antaranya ada lansia dan anak-anak,” ujarnya.

Diungkapkan Suardi, dirinya dan keluarga masih trauma untuk kembali ke rumah. Untuk sementara, ia ingin berada di posko pengungsian saja dahulu.

Soal kenyamanan, tentu ia lebih nyaman berada di rumah. Namun apa boleh buat, hingga kondisi darurat belum dicabut, sepertinya berada di posko pengungsian merupakan pilihan terbaik baginya.

Ia mengaku fasilitas yang ada di posko itu terbilang cukup layak. Mulai dari sarana kesehatan, makanan, mandi dan cuci serta kebutuhan harian hampir semuanya tersedia.

“Hanya saja kami waktu berangkat dari rumah hanya membawa baju yang ada di badan. Jadi kami butuh pakaian ganti, paling tidak untuk anak-anak kami,” ungkapnya.

Soal kesehatan, ia mengaku belum ada anggota keluarganya yang mengalami keluhan yang berarti. Ia berharap keluarganya tetap sehat dan mereka bisa kembali ke rumah dengan selamat.

“Kemarin ada yang sempat menggigil karena dingin, tapi Alhamdulillah di sini ada dokter, jadi sudah diperiksa, sekarang sudah tidak apa-apa,” kata dia.

Ari salah seorang relawan di Posko itu menyebut, hingga saat ini masih ada sejumlah pengungsi yang datang dan pergi dari posko. Menurutnya, rata-rata mereka yang pulang adalah warga yang sudah mengetahui bahwa rumah mereka masih layak ditempati.

“Hampir semua yang pulang atau pergi dari posko ini, mereka menangis. Mereka sangat berterima kasih atas apa yang mereka dapati selama berada di posko ini,” sebutnya.

Hingga kinipun sambungnya, masih banyak bantuan yang berdatangan. Baik dari pemerintah, masyarakat sekitar maupun dari luar daerah.

Kekinian sebut Ari, posko penyintas bencana Malampah itu dikunjungi pejabat Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia, yakni Plt. Direktur PSKBA, Iyan Kusmadiana.

Kendatangannya ke posko itu guna memasok logistik untuk pemenuhan kebutuhan dasar penyintas bencana. Ari mencatat setidaknya penyintas bencana yang mengungsi ke posko itu mencapai 877 jiwa.

Ia merinci sejumlah logistik yang baru datang seperti makanan siap saji, air minum kemasan, kasur, foodware, peralatan dapur keluarga, Velbed, sandang bayi dan tenda family.

“Tadi instruksi bapak Sekda, logistik ini diprioritas bagi masyarakat rentan seperti orang lanjut usia, anak-anak dan bayi,” sebutnya.

Sebagai relawan, Ari mengaku kebutuhan para penyintas bencana harus dipenuhi. Menurutnya, segala bentuk bantuan yang datang semata-mata diperuntukan bagi penyintas selama berada di barak pengungsian.

“Tadi bapak Sekda juga meminta kami para relawan untuk menginventarisir segala bantuan yang diterima dan disalurkan. Siapa saja para pengungsi yang meminta logistik kita harus berikan, kebutuhan mereka harus dipenuhi,” ucapnya.

Hal senada juga dipertegas Kepala Dinas Sosial Kabupaten Agam, Rahmi Artati. Dikatakan, selain kebutuhan pangan para penyintas, kebutuhan Mandi, Cuci, Kakus (MCK) para penyintas bencana juga perlu dipenuhi.

Diungkapkannya, Pemerintah Kabupaten Agam akan menjamin ketersediaan pasokan air bersih bagi penyintas bencana Malampah. Sejak awal posko berdiri, pihaknya terus memasok ketersediaan air bersih.

“Setiap hari kita menyalurkan air bersih hingga tangki penampungan penuh, guna keperluan MCK para pengungsi,” sebutnya.

Menurutnya, air bersih merupakan salah satu penunjang kesehatan bagi pengungsi. Pasokan air bersih di posko saat ini diprioritaskan bagi kebutuhan memasak, minum, dan mandi bagi para pengungsi.

“Biasanya pasca bencana, pasokan air bersih akan sulit diakses oleh masyarakat terdampak, sehingga kita harus bantu pemenuhan akses tersebut,” pungkasnya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *