Kamang Magek, AMC – Bupati Agam, Dr. H. Andri Warman bersama BMKG gelar panen raya padi organik hasil Sekolah Lapangan Iklim (SLI), di lahan kelompok tani PRL Tigo Rajo Selo Jorong Babukik, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Senin (22/11).
SLI untuk kluster padi organik ini, merupakan program BMKG yang bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) wilayah Sumatera Barat.
Hadir pada kesempatan itu, Kepala Balai Besar MKG (BBMKG) Wilayah I Medan, Hartanto, Koordinator Stasiun BMKG Padang Panjang, Irwan Slamet, Kepala Stasiun GAW Koto Tabang, Sugeng Nugroho, Kepala Stasiun Meterologi Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Sakimin.
“Terimakasih kita sampaikan kepada BMKG dan BI yang telah berikan fasilitas berupa SLI pada kelompok tani di Agam, khususnya Kamang Mudiak,” ucap Bupati Agam, Dr. H. Andri Warman.
Selama SLI, ia meyakini petani telah memahami bagaimana menyiasati iklim dalam berbudaya baik memulai pertanaman, mengantisipasi dampak musim hujan dan kemarau, serta antisipasi perubahan iklim, mengendalikan serangan OPT dan minim penggunaan pestisida.
“Dengan telah miliki pemahaman, maka kita berharap produksi petani bisa meningkat guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani ke depan,” ujarnya.
Dijelaskannya, pengembangan pertanian organik di Agam sudah semakin luas, khusus di Kamang Mudiak ini tanaman padi organik yang tergarap secara intensif seluas 42 hektar.
Dengan begitu, bupati yang akrab disapa AWR berharap, secara bertahap kluster ini berkembang terus, sehingga seluruh sawah di Agam menerapkan sistem pertanian organik ini.
“Untuk itu kita berharap seluruh anggota kelompok tani yang jadi peserta SLI, dari segi pengetahuan dan keterampilan yang didapat kita harapkan miliki kesadaran dan perubahan sikap, jadi kader, agen organik sehingga kluster organik khusus Kamang Mudiak jadi kuat dan terus berkembang,” ujarnya berharap.
Kepala Stasiun Klimatologi Padang Pariaman, Heron Tarigan yang memotori program ini dalam laporannya menyebutkan, pendampingan materi kepada para petani telah digelar sebanyak 4 kali pertemuan.
Materi yang diberikan kepada para petani antara lain, menyangkut pengetahuan tentang iklim, pengetahuan fenomenologi tanaman dan sebagainya yang disampaikan secara online dan offline.
“Tanaman padi tumbuh dengan baik secara generatif dan vegetatif, sempat mengalami serangan hama wereng tapi berhasil diatasi dengan baik,” katanya.
Jika dibandingkan dengan SLI 2020 di lokasi berbeda, katanya, ada penurunan hasil panen sebesar 7,9 persen.
“Namun, jika dikalkulasi jumlah beras yang dihasilkan, memang lebih sedikit dibanding dengan pola tanam konvensional. Tapi secara nilai jual, hasil tanam padi organik ini lebih mahal yaitu Rp15 ribu perkilogram, sedangkan konvensional hanya Rp12 ribu perkilogram,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar MKG (BBMKG) Wilayah I Medan, Hartanto menyebut pertanian erat kaitannya dengan cuaca dan iklim.
Ia sampaikan apresiasi kepada Bupati Agam, Kepala BI Sumbar, Dinas Pertanian dan pihak terkait yang turut membantu SLI di Agam.
“Tetaplah berinovasi dengan semangat untuk kemajuan pertanian di Indonesia,” pintanya. (t_m)