Sosialisasikan Program Pemajuan Kebudayaan Desa, Ini Respon Masyarakat

  • Bagikan

Sungai Batang, AMC – Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam terpilih salah satu desa sesuai Surat Keputusan (SK) Dirjen Kebudayaan, Kemendikbudristek Nomor 1054/F5/KB.02.05/2021 Tentang Penetapan Daya Desa dan SK Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Nomor 1134/F5/KB.02.04/2021 Tentang Penetapan Desa Pemajuan Kebudayaan. Pada Senin (12/7), Sosialisasi berhasil diselenggarakan dengan protkes dan sesuai arahan.

Camat Tanjung Raya, Handria Asmi menyambut baik dan mendukung penuh program tersebut. Meminta seluruh komponen masyarakat agar ikut aktif memanfaatkan peluang itu dengan maksimal.

“Kita mengajak untuk mengimpun seluruh potensi yang ada untuk mensukseskan program Pemajuan Kebudayaan Desa ini. Mungkin untuk tahun ini agak sulit memasukannya ke dalam RPJM Kenagarian. Namun bisa disingkronkan dengan program SDGs dengan 18 indikator,” terangnya.

Camat berprestasi terbaik 2018 itu melanjutkan, budaya atau kebudayaan merupakan kebiasaan dan aturan hidup yang berlangsung secara turun temurun. Namun tidak sedikit kebiasaan yang membudaya itu hilang, padahal sangat bermanfaat untuk kesehatan, kemaslahatan dan kesejahteran masyarakatnya.

“Kita bisa mencontohkan, pergi manjalang (berkunjung) ke rumah mintuo (mertua) harusnya bajalan kaki, terutama masih kampungnya masih berdekatan. Tidak menggunakan kendaraan, itu sehat untuk jasmani dan rohani. Memiliki nilai luhur sikap pengorbanan dan kesungguhan menghargai mertua. Menjinjing jamba (rentengan sambal, nasi dan buah-buahan) di kepala hingga sampai ke rumah mertua. Namun saat ini tidak lagi, kendaraan roda dua dan roda empat membuat praktis. Sehingga hilang dan pudar nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi itu,” jelasnya.

Setelah terbentuknya Daya Warga sebagai tim yang dianggap kompeten, berlanjut pada tahapan mengiventaris dan pendataan. Kemudian pemetaan masalah dan potensi kebudayaan yang ada. Tahapan pengembangan dan pemanfaatan hingga masuk ke RPJM Nagari atau singkron program SDGs.

Ketua BAMUS Sungai Batang, Azwar Nur Datuak Panghulu Basa menuturkan, program ini sangat menggembirakan. Meski demikian kondisi nagari sangat sulit pada saat ini. Dengan adanya program Pemajuan Kebudayaan ini bisa meningkatkan semangat kemajuan kedepannya.

“Dalam hal ini kita sangat harapkan peran aktif sejumlah OPD di Pemda Agam. Dinas terkait jelas memiliki peran, apalagi program Pemajuan Kebudayaan Desa selain tugas Kemendikbudristek, juga tugas dari Kemendagri dan Kemendes,” jelasnya.

Dalam hal ini kita butuh Pusat Informasi berupa plang informasi terkait berbagai informasi yang ada nantinya. Apa saja potensi kebudayaan yang kita miliki.Tambahannya, program ini didasari sudut pandang Budaya dan Agama. Adat, kesenian dan kebudayaan lainnya.

“Kita harus ada tim kerja yang benar-benar serius dan profesional,” ujarnya. Dari sisi kemasyarakatan bersifat gotong royong, imbau-mengimbau, mengangkat potensi permainan anak nagari, pendokumentasian, menggali, mencatat potensi,” urainya.

Angku Yus Datuak Parpatih (Bandaro Bodi) selaku Tetua Adat (Sesepuh) sekaligus Budayawan Minangkabau mengapresiasi Sungai Batang sebagai desa atau nagari terpilih Platform Pemajuan Kebudayaan Desa Kemendikbudristek. Budaya merupakan hasil daya upaya manusia mencapai taraf hidup lebih baik mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Mengangkat Potensi Budaya yang sudah hampir memudar menjadi keharusan dan harus didukung. Budaya sebagai ciptaan manusia berbeda dengan Agama. Karena Agama Islam mutlak dan berasal dari Tuhan Maha Esa.

Minangkabau memiliki filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. “Merupakan Kebudayaan orang Minangkabau sebagai filosofi kehidupan tersusun dari nilai-nilai Adat dan Islam dan merupakan pedoman dari bentuk kegiatan,” ungkap Angku Yus Datuak Parpatih.

Implementasi dan terwujudnya ABS, SBK didapat melalui Pendidikan Surau. Sistem pendidikan inilah yang melahirkan pejuang kesatria, diplomat ulung dan berkarakter kuat bahkan menjadi Pahlawan Nasional dari Ranah Minang.

Surau tidak hanya mampu mencapai kekuatan komunikasi secara vertikal saja atau kepada Allah SWT. Tapi juga horizontal yakni kepada sesama manusia.

“Pendidikan Surau itu mencetak manusia siap pakai. Tidak hanya satu bidang keahlian dan ilmu pengetahuan saja. Tapi membangun mental sosial berkeadilan dan berkemanusiaan. Sangat baik memahami karakter, psikologi dan kultur atau budaya masyarakatnya. Cepat berbaur karena memahami masyarakatnya,” imbuhnya.

Budaya Sungai Batang sangat kaya karena nenek moyangnya sangat banyak melampaui orang tuannya. Dan banyak menciptakan gerakan pembaharuan dan pengembangan yang cukup baik. Hanya saja gejolak pemberontakan dan penjajahan membuat tokoh-tokoh itu terpaksa harus hijrah ke luar Sungai Batang.

“Saatnya melalui Program Pemajuan Kebudayaan Desa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi ini mampu membina, memprodak generasi penerus lebih baik. Hanya bisa dilakukan dengan surau, karena sistem ini sangat sempurna sesuai dengan tujuan hidup masyarakat Minang,” terang Angku Yus Datuak Parpatih.

Akan tetapi Sistem Surau dulu tidak akan mungkin sama dengan situasi kondisi saat ini. Harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, namun tidak mengubah isi atau subtansi surau itu. Pola dan konsepnya harus tetap sama dan dipertahankan, meski batas waktu dan materinya tidak terlalu jauh berubah. (rud)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *