Sri Wahyu Ningsih, Potret Kartini Masa Kini di Lubuk Basung

  • Bagikan

Lubuk Basung, AMC – Nama besar Raden Ajeng (RA) Kartini memang bukanlah didapat dari aksi heroik mengangkat senjata di medan perang.

Sosok Kartini menjadi simbol pemikiran perempuan yang berani, mandiri dan tidak mengenal kata menyerah.

Barangkali Sri Wahyu Ningsih (33) seorang perempuan pekerja keras di Lubuk Basung ini boleh disebut sosok Kartini di masa kini. Betapa tidak, perawat bunga di taman kota ini rela berjemur di bawah panas terik demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Rabu (21/4) sekira pukul 11.00 WIB, Sri begitu ia akrab disapa tampak sibuk merawat bunga di kawasan Ujung Labuh. Berbakal kursi plastik kecil dan topi, Sri dan rekan-rekan terlihat telaten merawat bunga-bunga setapak.

Sri merupakan pekerja kontrak di Dinas Lingkungan Hidup dan Pertamanan Kabupaten Agam. Kurang lebih hampir 2 tahun lamanya Sri menggeluti pekerjaan itu.

Diceritakan ibu 2 orang anak itu, sebelum bekerja sebagai perawat bunga taman, dirinya sempat membuka warung kopi. Namun, kebutuhan hidup yang terus mencekik memaksanya beralih ke profesi yang lebih mejanjikan.

“Alhamdulillah, dari merawat taman inilah saya dapat membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” ujarnya.

Menurutnya, pekerjaan yang dilakoninya sekarang bukan tanpa perjuangan. Selain harus bercucur keringat, meninggalkan dua orang buah hatinya, Haikal Putra Pratama (8) dan Raja Dwi Aprilio (4), yang sedang butuh sosok ibu, juga menjadi perjuangan berat bagi Sri di saat bekerja.

“Sebenarnya tidak tega meninggal anak seharian, kadang kita pulang sudah sore, waktu berkumpul dengan anak hanya sebentar, tapi mau bagaimana ini saya lakukan demi mereka juga,” ujar perempuan asal Klaten, Jawa Tengah itu.

Bagi Sri, tidak ada kata malu dalam mencari rezeki. Baginya, bisa memberikan nafkah halal buat buah hati dan keluarga adalah kepuasan tersendiri untuk dirinya.

“Apalagi saya di sini sendiri, saudara-saudara banyak di Palembang. Sejak usia 4 tahun tinggal sama orang tua angkat di sini, dan Alhamdulillah sekarang tinggal bersama suami di Cubadak,” ucap Sri.

Sri memaknai perjuangan hidup dengan menjalaninya penuh ikhlas dan mensyukuri semua yang diberi Sang Khalik. Menurutnya, masih banyak orang di luar sana yang nasibnya tidak seberuntung dirinya.

“Namanya perjuangan hidup itu sudah pasti berat, tapi demi keluarga kita harus jalani dengan ikhlas dan syukur, beruntung kita masih diberi kesehatan dan bisa berbakti kepada saumi dan menjalankan tugas sebagai seorang ibu,” ujarnya. (Depit)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *