AMCNews.co.id — Nagari Kamang Hilia akan menerima bantuan alat pengolahs singkongsenilai Rp.300 juta dari program Direktorat Pendayagunaan Sumber DayaAlam dan Teknologi Tepat Guna Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT)
Informasi yang diperoleh AMCNews.co.id, Rabu (1/8) , di Kantor
Pemberdayaan Masyarakat dan Nagari Agam, saat ini tim dari Direktorat Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna, indentifikasi untuk penguatan data sebagai bahan laporan ke kementerian.
“Bantuan ini akan kita berikan nanti setelah proses lelang dilakukan dalam waktu dekat ini. Insya Allah sekitar September 2018 bantuan alat singkong sudah bisa direalisasikan,” kata Staf Direktorat Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Nisa Khaira didampingi Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Nagari, Teddy Martha dan Walinagari Kamang Hilia Khudri Elhami.
Nisa menambahkan, bantuan yang diberikan kepada Nagari Kamang Hilia
merupakan kali ke-dua setelah pada 2017 bantuan juga diberikan bantuan
sebanyak tujuh unit alat pengolahan kopi kepada Nagari Baringin dengan total dana Rp.178 juta.
“Sebelum itu, para penerima bantuan sebelumnya kami seleksi dengan disesuaikan kebutuhan dan potensi serta kelompoknya berbadan hukum,” katanya.
Diharapkan bantuan itu dapat meningkatkan pengetahuan petani,
pengembangan teknologi tepat guna dan pemberdayaan badan usaha milik nagari.
Sementara itu, Walinagari Kamang Hilia, Khudri Elhami, mengatakan dipilihnya
bantuan alat pengolah singkong, disamping daerah itu memiliki potensi singkong pihaknya ingin mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini menilai kalau bertani ubi
memakan waktu panen yang cukup lama.
“Masyarakat di Kamang Hilia banyak bertani jeruk, karena menurut mereka jeruk bisa dipanen tiap hari sedangkan ubi harus menunggu 8-9 bulan baru panen. Padahal jika dikalkulasikan, biaya produksi jeruk lebih tinggi dibanding bertanam ubi singkong, karena jeruk perlu di pupuk beberapa kali sedangkan ubi tidak perlu dipupuk pakai pestisida, dan arealnya pun bisa di halaman perkarangan, mana yang lebih efekti tentunya bertanam singkong,” ujarnya.
Dijelaskan, meskipun Kamang Hilia tidak bisa menjadi nagari produksi ubi
singgong terbesar, namun hal yang tidak kalah penting juga adalah masyarakatnya bisa menciptakan dan memproduksi hasil ubi yang mereka olah, seperti, kerupuk sanjai dan kerupuk ubi lainnya dengan berbagai macam olahan.
“Untuk itu, melalui alat bantu ini kita bisa memanfaatkannya untuk pengolahan singkong,” jelasnya.
Secara berkelanjutan, nanti pihaknya melalui dana nagari juga akan memberikan pelatihan bagi kelompok tani.
Hal ini bertujuan agar peningkatan kapasitas SDM bisa upgrade dan menghasilkan karya yang lebih bagus.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Nagari Kabupaten Agam, Teddy Martha. “Kita berharap semoga bantuan ini segera direalisasikan. Tentunya ini menjadi peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan kelompok taninya, dan menjadi inspirasi juga bagi kelompok tani lainnya,” harapnya.
Terkait hal itu, secara berjenjang pihaknya juga sudah melakukan pembinaan kepada seluruh nagari dan perangkatnya dalam rangka penguatan SDM dan kelembagaannya. “Kita juga sudah minta kepada seluruh wali nagari disamping mengutamakan pembangunan fisik, pembangunan non fisik seperti pemberdayaan masyarakat juga diutamakan, dalam rangka mencapai pemerataan pembangunan,” terang Teddy.
(AMC06)